TUJUAN UMUM
A. Ciri-Ciri Khas Dramatari
Ciri-ciri khusus yang paling urgent atau yang paling essensial terwujudnya pertunjukan dramatari adalah adanya tiga aspek yang saling berkaitan erat, yaitu aspek medium ungkap, lakon, dan pelaku.
1. Medium Ungkap
Dramatari sebagai suatu jenis kesenian/seni pertunjukan yang memiliki medium ungkapnya yang jelas dan menentu. Dengan kata lain, karena ada medium ungkapnyalah dramatari dapat dilihat dan didengar, atau dinikmati, atau diapresiasi oleh para penonton.
Medium ungkap pertunjukan dramatari, terbagi menjadi dua bagian yaitu, medium ungkap pokok, dan medium ungkap pelengkap.
- Medium Ungkap Pokok
Medium ungkap pokok berarti medium ungkap yang utama atau yang paling menentukan terwujudnya penyajian dari pertunjukan dramatari tersebut. Dramatari adalah pertunjukan yang membawakan cerita atau lakon yang diungkapkan dengan tari dan ada pula dengan tari dan dialog. Artinya, lakon yang dibawakan oleh para pelakunya, ada yang diungkapkan dengan tari saja, dan ada pula dengan tari dan dialog. Dengan demikian, yang dimaksud dengan medium ungkap pokok disini berkaitan dengan medium ungkap yang disajikan oleh para pelaku di atas pentas. Oleh karena itu, bahwa medium ungkap pokok pertunjukan dramatari adalah tari, dan tari dengan dialog.
Peranan tari yang diungkapkan dalam pertunjukan dramatari tanpa dialog atau sendratari ini, pada dasarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu tari untuk mengungkapkan ciri peran; tari untuk mengungkapkan peristiwa atau suasana-suasana; dan tari untuk perasaan-perasaan. Setiap pelaku di atas pentas dalam membawakan sebuah lakon, di antaranya akan memiliki tarian yang berkaitan dengan ciri perannya, apakah ciri jenis kelaminnya (pria-wanita), jenis karakternya (lungguh/liyep), lincah/ladak, gagah monggawa, dan gagah lincah/ngalana, dan jenis atau tingkatan jabatannya (bawahan, dan atasan), serta jenis usianya (manusia tingkat anak-anak, remaja, dewasa, dan manula). Berkaitan dengan lakon yang dibawakan, maka akan menjumpai anekaragam peristiwa atau suasana, oleh karena itu, akan dijumpai pula tarian yang berkaitan dengan ungkapan peristiwa atau suasana, seperti: tenang/damai, gundah/gejolak, kegirangan, kebakaran, peperangan, unjuk-rasa, dan lain-lain. Sesuai dengan lakon dan peristiwanya, maka akan terungkap pula keadaan jiwa pelakunya yang menumbuhkan berbagai emosi atau perasaan. Oleh sebab itu, para pelaku dalam pertunjukan dramatari tidak lepas dari tarian yang mengungkapkan perasaan-perasaan, seperti: sedih, gembira, marah, dan lain-lain.
Pertunjukan dramatari berdialog, berarti medium ungkap pokoknya tari dengan dialog. Dalam hal ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu, ungkapan tari secara mandiri (seperti yang telah diuraikan di atas/tari dalam pertunjukan dramatari tanpa dialog atau sendratari); tari yang berkaitan dengan dialog; dan ungkapan dialognya itu sendiri.
Ungkapan tari yang berkaitan dengan dialog, yaitu gerakan-gerakan tari yang berfungsi untuk mempertegas atau memperkuat isi dari dialog yang diucapkan. Macam-macam dialog atau antawacana dalam pertunjukan dramatari berdialog ini, terdapat 2 macam, yaitu percakapan atau merupakan tanya jawab; dan berbicara sendiri atau monolog.
- Medium Ungkap Pelengkap
Setiap pertunjukan dramatari, pada prinsipnya tidak akan lepas dari unsur seni lain yang melengkapi untuk mendukung kekuatan medium ungkap pokoknya. Unsur seni yang lain yang melengkapinya yaitu: karawitan/musik (pemberi irama tari dan nada dialog, pendukung dinamika tari, dan pendukung ungkapan suasana); tata rias, busana, dan properti tari (visualisasi ciri setiap peran dari wajah dan seluruh tubuhnya, serta memberi fasilitas dalam menari); tata pentas (memberi fasilitas yang berkaitan dengan tempat pertunjukan, tata cahaya, dan tata suara); serta ada pula yang dilengkapi dengan prolog atau narasi dalang (mengungkapkan dengan kata-kata tentang peristiwa yang hendak ditampilkan, suasana-suasana tertentu, dan ungkapan perasaan dari peran tertentu, serta kata-kata yang diungkapkan ada yang berbentuk nyanyian dan non-nyanyian).
Lakon atau kisah, adalah rangkaian peristiwa atau suasana kejadian yang bersumber dari suatu cerita. Selain itu juga lakon yang terdiri susunan peristiwa merupakan satu-satunya pijakan terwujudnya perbendaharaan tarian dan dialog yang hendak diungkapkan.
Unsur-unsur yang terkandung dalam lakon dramatari meliputi : sumber lakon, tema lakon, unsur filosofis, penyajian lakon, struktur dramatik lakon, plot atau bagian peristiwa, susunan adegan atau pengadegan atau babakan, judul lakon, dan sinopsis.
Ada dua bagian aktivitas seniman, yang pertama, seniman pelaku diatas pentas, dan yang kedua seniman pelaku di belakang pentas.
- Pelaku Diatas Pentas
Pelaku diatas pentas atau pelaku pokok pertunjukan dramatari adalah para pelaku yang secara langsung berkomunikasi atau menjadi obyek perhatian utama para penonton. Secara singkatnya terdapat klasifikasi pemeran/penari dramatari menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
- Peran Utama
Spesifikasi ciri pokok lakon dramatari adalah adanya konflik atau pertentangan. Dari satu pihak ada peran utama yang menegakan atau memperjuangkan ide (kebenaran atau kebaikan) yang umumnya disebut peran protagonis, dan dilain pihak peran utama yang menentang ide (keburukan atau kejahatan) yang disebut peran antagonis.
- Peran Pembantu
Dari setiap lakon dramatari biasanya akan muncul individu-individu peran (peran perorangan) yang membantu atau mendukung kekuatan dari kedua peran utama, dan peran ini disebut tritagonis. Tritagonis yang membantu kekuatan peran utama protagonis, dan membantu kekuatan peran utama antagonis.
- Peran Pelengkap
Yang artinya, peran pelengkap atau penari kelompok yang melengkapi kekuatan protagonis, dan melengkapi peran antagonis.
- Pelaku Dibelakang Pentas
Yang artinya para pelaku atau para pemain yang tugasnya mendukung menghidupkan yang diungkapkan oleh para pelaku diatas pentas (penari) sesuai dengan unsur seni sebagai medium ungkap pelengkap dramatari. Yaitu, karawitan/musik, tata rias dan busana, tata pentas, dan narasi/prolog (jika ada). Keberadaan para pelaku dibelakang pentas terdiri dari : pangrawit, perias busana, penata pentas dan stage crew, serta narator/dalang.
B. Ciri-Ciri Khas Wayang Wong Cirebon dan Wayang Wong Priangan
Ciri-ciri Wayang Wong Cirebon adalah Wayang Wong Cirebon lebih sering membawakan lakon dari cerita Mahabarata, dan para pelakunya memakai topeng serta dialognya diucapkan oleh dalang, kecuali para panakawannya seperti Semar dan Gareng. Oleh karena itu kesenian ini sering disebut dengan Wayang Topeng. Para panakawannya berbicara sendiri, sebab topeng yang dipakai tidak menutupi seluruh wajah atau bagian mulutnya tidak tertutup topeng. Pada umumnya hiasan kepalanya disebut irah-irahan meniru dari wayang kulit, termasuk bahasa yang digunakan untuk dialog para pelakunya. Adapun tariannya pada Wayang Wong Cirebon ini bersumber dari tari Topeng Cirebon. Sedangkan ciri-ciri Wayang Wong Priangan adalah lakon yang dibawakan lebih sering menceritakan cerita galur Mahabarata termasuk Bharatayudha, Arjuna Sasrabahu, dan beberapa sempalan cerita yang terkenal seperti lakon Jabang Tutuka, Brajamusti, dan Srikandi-Mustakaweni. Para pelaku atau penarinya tidak memakai topeng dan dialognya langsung diucapkan oleh para pelakunya. Sedangkan dalangnya hanya berperan mengungkapkan narasi saja. Adapun tata busana dan riasnya bertolak dari Wayang Golek termasuk dialog dan narasinya. Mengenai tarian, pada dasarnya merupakan perpaduan dari beberapa sumber yaitu dari Wayang Wong Cirebon, tari Tayuban, Pencak Silat, dan tari-tarian Wayang Goleknya.
TINJAUAN KHUSUS
A. Klasifikasi Pelaku
Para pelaku yang ada pada cerita Lakon Patih Suwanda terdiri dari beberapa tokoh yang memerankan peran:
- Protagonis adalah Arjuna Sasrabahu
- Antagonis adalah Somantri
- Tritagonis dalam protagonis adalah Dewi Citrawati, Sukasrana, Prabu Citra Darma, Raden Citragada, Resi Suwandageni, dan tritagonis dalam peran antagonis adalah Prabu Darmawisesa
- Peran pelengkapnya adalah Semar, Cepot, Dewala, dan Gareng.
B. Macam-macam Tarian dalam Lakon Srikandi-Mustakaweni
Tarian yang ada pada lakon Srikandi x Mustakaweni adalah :
- Tari Srikandi x Mustakaweni
Tarian ini dalam lakon Srikandi x Mustakaweni terdapat dalam adegan keempat, yaitu setelah Gatotkaca palsu tertusuk panah sakti Srikandi, maka setelah itu pula berubah ke wujud semula menjadi Mustakaweni.
- Tari Gatotkaca
Tarian ini dalam lakon Srikandi x Mustakaweni terdapat dalam adegan keempat, yaitu setelah Gatotkaca palsu berhasil mengambil Pusaka Layang Jamus Kalimusada dari Dewi Drupadi. Gatotkaca palsu yang sangat senang dan gembira karena telah mengambil pusaka tersebut serta berhasil mengemban tugas rajanya, kegembiraan ini divisualisasikan ke dalam bentuk gerak yaitu Tari Gatotkaca.
- Tari Prajurit Wanita
Tarian ini dalam lakon Srikandi x Mustakaweni terdapat dalam adegan kedua dan adegan keempat. pada adegan kedua, tarian ini masuk ketika awal adegan kedua, dimana ketika Srikandi diceritakan sedang melatih perang para prajurit. Pada adegan keempat, tarian ini masuk ketika peperangan Srikandi x Mustakaweni akan dimulai, dan setelah Mustakaweni kalah.
- Tari Mamayang
Tarian ini dalam lakon Srikandi x Mustakaweni terdapat dalam adegan ketiga, ketika Dewi Drupadi sedang berada di Keputren didampingi para Mamayang.
- Tari Bidadari
Tarian ini dalam lakon Srikandi x Mustakaweni terdapat dalam adegan keempat, ketika Mustakaweni menyerahkan Pusaka Layang Jamus Kalimusada kepada Srikandi.
DAFTAR PUSTAKA
Iyus Rusliana,
2002 Wayang Wong Priangan, PT Kiblat Buku Utama, Bandung.
2009 Tari Wayang, Jurusan Tari STSI Bandung.
2010 Dramatari Pengantar Pengetahuan dan Praktek Pemeran, STSI, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar