Selasa, 01 Februari 2011

Nasionalisme Indonesia

Gatot Subroto, 1 Februari 2011 pukul 06.30 WIB

Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat kaya akan keanekaragaman serta mempunyai keunikan tersendiri yang tidak didapat oleh negara lain. Keanekaragaman kita yang terdiri dari beribu-ribu pulau, beribu-ribu macam kesenian, beratus-ratus adat dan budaya, beratus-ratus suku, berpuluh-puluh kepercayaan serta keindahan alam Indonesia bagaikan puteri cantik nan elok rupawan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang diberikan kepada kita semua dalam kehidupan kita di sebuah keluarga yang bernama Indonesia. Indonesia, sebuah negara yang diciptakan oleh Tuhan tatkala Tuhan sedang tersenyum.

Keanekaragaman yang majemuk itu dapat menjadi satu tentu ada sebabnya, keanekaragaman yang majemuk itu dapat menjadi satu tentu ada satu pengikat. Kita dapat melihat ke beberapa negara diantaranya:
1.Yugoslavia yang terdiri dari beberapa etnis suku bangsa dan multi agama terpecah, porak poranda menjadi puing-puing yang berserakan.
2. Korea Utara dan Korea Selatan yang merupakan satu nenek moyang, satu kebudayaan harus berpisah dan tidak pernah menemukan kebersamaan hanya dikarenakan perbedaan paham politik.
3. Uni Soviet yang menganut paham komunis seketika hancur berkeping-keping hanya karena ide yang bernama glasnot dan perestroika yang dicetuskan oleh Mikhail Gorbachev.
Dari pengalaman beberapa negara diatas, kita dapat mengambil suatu pelajaran yang amat berharga betapa sulitnya mereka untuk mempertahankan suatu persatuan, betapa sulitnya mereka untuk mempertahankan suatu kebersamaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini dikarenakan tidak adanya kesadaran "rasa memiliki" terhadap negaranya sendiri, perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka pecah, perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka hidup masing-masing dan perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka hidup seperti monyet-monyet yang berteriak dalam kurungan sangkarnya. Dengan terpecah mereka seolah-seolah bebas dan hidup merdeka, padahal bisa kita lihat, kedua Korea selalu terjadi konflik di perbatasan, belakangan ini pecahan Yugoslavia terpecah kembali menjadi negara Serbia dan Montenegro setelah terjadi aksi huru-hara, dan pecahan Soviet seperti Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaidjan, Georgia masih harus berjuang antara hidup dan mati untuk keberlangsungan negaranya.

Bagaimana dengan di Indonesia??? salah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara adalah kita masih dapat merasakan nikmatnya dan indahnya rasa persatuan. Di negara yang saya sebut diatas, perbedaan itu membuat mereka berpisah dan terpecah, tetapi ajaibnya negara kita Indonesia yang sangat kita junjung tinggi, perbedaan itu justru menjadi perekat kita dalam persatuan, perbedaan itu menjadi modal kita dalam kebersamaan, perbedaan itu tidak pernah menjadi halangan dalam pergaulan kita sehari-hari. Sangat bodoh dan tololnya apabila kita mencontoh negara-negara seperti Soviet, Yugoslavia dan Korea yang berpisah hanya karena perbedaan. Bangsa-bangsa di dunia ini hanya akan mentertawakan kita apabila Indonesia terpecah..."hei..lihat itu..ada monyet baru yang terbangun dari mimpinya yang panjang"..."hahahah..lihat Indonesia tamatlah sudah riwayatnya"...tentunya kita tidak mau ejekan tersebut menimpa negara kita, sebab hanya manusia yang tidak pernah belajar dan manusia yang tidak menggunakan akal serta pikirannya yang ingin berpisah karena hal sepele yaitu perbedaan.

Perbedaan kita menurut saya direkatkan oleh rasa nasionalisme, nasionalisme kita direkatkan oleh rasa persatuan, rasa persatuan kita direkatkan oleh suatu kesadaran dan suatu kesadaran kita direkatkan oleh rasa cinta. Persatuan kita adalah pengungkapan rasa cinta kita terhadap bangsa ini, nasionalisme kita adalah pengungkapan rasa cinta yang teramat dalam kepada Bapak Angkasa dan Ibu Pertiwi Indonesia. Jadi, jangan dikatakan apabila perbedaan ini merupakan jurang pemisah, justru perbedaan ini merupakan pengungkapan rasa cinta kita baik kepada sesama manusia maupun dalam kehidupan bernegara. Sadarilah oleh kita semua bahwa perbedaan ini mulia tujuannya, menjadikan Indonesia suatu suri tauladan diantara bangsa dalam hal Unity In Diversity.

Nasionalisme, orang-orang intelektual seperti kalangan akademik, mahasiswa, politikus selalu mendengungkan kata-kata ini. Kita mengetahui bahwa nasionalisme berasal dari kata nasio yang artinya bangsa dan isme yang artinya paham. Jadi, nasionalisme itu merupakan paham kebangsaan, paham rasa cinta kepada tanah Ibu Pertiwi. Tapi apa sebenarnya hakikat yang terkandung di dalam arti nasionalisme ini???

Berkaitan dengan nasionalisme, mind set kita selalu mengarah kepada para prajurit TNI, anggota Paskibra, anggota Pramuka. Upacara-upacara bendera yang dilaksanakan dengan dalih meningkatkan rasa nasionalisme. Untuk ukuran zaman sekarang apa hanya cukup dengan itu??? saya rasa tidak, upacara hanya bisa meningkatkan rasa nasionalisme itu beberapa persen saja, loh kenapa??? bisa kita lihat, rangkaian dalam jalannya upacara bisa saudara rasakan, bagaimana jenuh dan lelahnya kita berdiri ditengah panasnya sinar terik matahari, anak-anak zaman sekarang yang telah mengalami tingkat kecerdasan yang tinggi serta pergaulan yang luas mungkin akan berfikir beberapa kali untuk turun ke lapangan. Upacara pada zaman sekarang hanya khusus konsumsi para pejabat, mereka dengan enak dan santainya mengikuti upacara dengan duduk di kursi singgasana, ditutupi tenda yang menyejukkan serta makanan dan minuman yang telah tersedia di depannya, sedangkan rakyat harus berpanas-panas, tegak berdiri sehingga badan bau matahari hanya untuk menghormati bendera kita naik keatas puncak, adilkah??? Kita mengetahui pejabat zaman sekarang yang gemar melakukan korupsi, mengeruk harta rakyat hanya untuk kesenangan pribadi dan keluarganya, apa kita mau melaksanakan upacara bendera berada ditengah-tengah lingkungan yang penuh dengan "tikus-tikus negara"??? Apa kita mau jalannya upacara bendera dengan dipimpin oleh pejabat korup??? alangkah baiknya apabila kita renungkan kembali...

Zaman sekarang, nasionalisme tumbuh bukan karena upacara, nasionalisme tumbuh membahana hanya karena masalah sepele, yaitu sepak bola. Nasionalisme tumbuh menggema hanya karena olahraga, nasionalisme tumbuh setiap para atlit berjuang dan perjuangan itu terbayarkan oleh tangisan setiap menyanyikan Indonesia Raya dan berdiri di podium kemenangan, kita pun seolah-olah larut dalam tangisan sang atlit tersebut.

Nasionalisme bisa muncul oleh karena kesadaran umat beragama dalam mengamalkan ajaran masing-masing agama mereka. Bagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat Islam dengan ucapannya yang sangat menyejukkan hati saya: "Hubbul Wathon Minnal Iman" mencintai negara adalah sebagian dari iman..Subhanallah...

Memahami nasionalisme menurut saya sebenarnya sangatlah mudah, kita tidak perlu bertele-tele mengemukakan teori-teori dari tokoh-tokoh kebangsaan. Pada dasarnya nasionalisme Indonesia ini sangat unik. Seperti telah saya ungkap diatas, bahwasannya nasionalisme kita sekarang mempunyai pondasi yang didasarkan atas rasa cinta, cinta terhadap sesama anak bangsa. Cinta merupakan dasar dari rasa kemanusiaan dan kemanusiaan ini terdapat dalam ajaran falsafah Pancasila, bahkan Gandhi pun merumuskan ajarannya yang bernama Ahimsa yang merupakan pengejawantahan dari rasa kemanusiaan ini. Cinta terhadap sesama manusia, menolong orang yang lemah, memberi sedekah kepada fakir miskin, mencintai anak yatim dan memberikan ilmu kepada sesama, itulah nasionalisme. Dengan tindakan itu secara tidak langsung kita telah mengamalkan dasar-dasar nasionalisme, dengan tindakan itu kita makin memperkokoh pilar nasionalisme kita terhadap Indonesia ini.

Swami Vivekananda berkata: "Tidak ada kedermawanan yang lebih tinggi daripada orang berbuat amal. Manusia yang paling rendah adalah manusia yang tangannya selalu dibuka untuk menerima, dan manusia yang termulia adalah dia yang tangannya selalu dibuka untuk memberi. Tangan-tangan ini dibuat hanya untuk memberi selalu. Seketika itu juga saudara menjadi sempurna". Apa yang diungkapkan Swami Vivekananda ini memuat rasa cinta yang amat luar biasa. Cinta terhadap sesama umat manusia, dan mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan. Alangkah mulianya apabila ucapan Vivekananda ini diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita di Indonesia.

Cinta, kemanusiaan dan kesadaran menurut saya merupakan pondasi utama dari nasionalisme Indonesia sekarang. Jerman Barat dan Jerman Timur bisa bersatu kembali karena rakyatnya mempunyai kesadaran bahwa cinta dan persatuan telah merekatkan mereka sehingga sekarang mereka bangkit dan kuat, begitu pula dengan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bisa bersatu karena mempunyai kesadaran bahwa mereka adalah SATU yang akhirnya menguatkan mereka.

Oleh karena itu berangkat dari cinta, kemanusiaan dan kesadaran, marilah kita berbuat sesuatu untuk bangsa ini, sekecil apapun usaha kita untuk membangkitkan nasionalisme Indonesia maka akan berdampak besar dalam kehidupan bernegara kita. Selalu berfikir positive karena dengan itulah pikiran kita akan terbuka. Nasionalisme Indonesia harus kita mulai dari hal yang terkecil. Dengan mencintai sesama umat manusia, menghormati segala perbedaan, menghargai segala keanekaragaman yang ada di negara kita niscaya Tuhan Yang Maha Agung akan selalu meridhai kehidupan berbangsa dan bernegara keluarga Republik Indonesia. Mengutip ucapan Swami Vivekananda:  
"Cinta selalu menempatkan kita sebagai si-pemberi dan bukan sebagai si-penerima".
Amiiin...


Wallahuallambissawab...
Keep positive thinking, keep pray and keep smile..
Jabat erat dari saya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar