Senin, 28 Februari 2011
Hallo Bandoeng - Wieteke Van Dort.mpg
bandung tempat saya dilahirkan..bandung tempat saya dibesarkan..bandung tempat jatuh bangunnya kehidupan saya..denger lagu ini jadi sedih n makin cinta ama kotaku tercinta ini..terima kasih bandung..kau telah membentuk karakter saya..
Jumat, 25 Februari 2011
nraktir para sohib
akhirnya selesai juga ujian embrio gw...terlepas dari banyaknya kontroversi, gw bisa menjalaninya dengan lancar..alhamdulillah...
kejenuhan selama ini harus gw buang jauh-jauh, tadi malem gw nraktir makan2 temen2 deket gw, herlan, nadya, opik. gw berangkat dari rumah sekitar setengah 7 malem langsung ke kekosan herlan buat jemput dia, setelah jemput kita berdua langsung berangkat. akhirnya kita berempat bertemu di sebuah tempat makan di jalan sawung galing, tempat makan itu ternyata dulunya rumah wolf schoemaker guru arsiteknya bung karno. gw ngenalin herlan ma ci opik n dea, akhirnya kita mencari tempat duduk n memesanlah makanan sesuka hati mereka.
waaaahhhhhh...seger pikiran gw kemaren malem, ketawa-ketiwi n ngobrol2...c herlan banyak diem n cuma mesem2 doank, kayaknya dia masih canggung deh ma temen2 gw. waktu c dea ngajak ngobrol juga dia cuma bilang "oh iya..oh iya" doank..hahahaha aneh mank c herlan ini..bocaaahhh..bocaaahhh..
kita disana mpe jam 9 malem...akhirnya gw ma herlan balik n c opik n dea masih jalan2 katanya. kita pun berpisah, di jalan gw nawarin herlan buat beli makanan apa gitu, coz gw enak ama sohib gw yang satu ini, dia cuma bilang santai aja tot....yoweslah...gw pun tiba di kosan herlan, n gw langsung balik ke rumah...
huaaaaaaaaa...cape tapi seru...
kejenuhan selama ini harus gw buang jauh-jauh, tadi malem gw nraktir makan2 temen2 deket gw, herlan, nadya, opik. gw berangkat dari rumah sekitar setengah 7 malem langsung ke kekosan herlan buat jemput dia, setelah jemput kita berdua langsung berangkat. akhirnya kita berempat bertemu di sebuah tempat makan di jalan sawung galing, tempat makan itu ternyata dulunya rumah wolf schoemaker guru arsiteknya bung karno. gw ngenalin herlan ma ci opik n dea, akhirnya kita mencari tempat duduk n memesanlah makanan sesuka hati mereka.
waaaahhhhhh...seger pikiran gw kemaren malem, ketawa-ketiwi n ngobrol2...c herlan banyak diem n cuma mesem2 doank, kayaknya dia masih canggung deh ma temen2 gw. waktu c dea ngajak ngobrol juga dia cuma bilang "oh iya..oh iya" doank..hahahaha aneh mank c herlan ini..bocaaahhh..bocaaahhh..
kita disana mpe jam 9 malem...akhirnya gw ma herlan balik n c opik n dea masih jalan2 katanya. kita pun berpisah, di jalan gw nawarin herlan buat beli makanan apa gitu, coz gw enak ama sohib gw yang satu ini, dia cuma bilang santai aja tot....yoweslah...gw pun tiba di kosan herlan, n gw langsung balik ke rumah...
huaaaaaaaaa...cape tapi seru...
Selasa, 22 Februari 2011
obrolan ama adik kelas
Renungan
Cacan Somantri Agis
RENUNGAN PAGI BUAT REKAN2 MUSLIM
Sekedar secangkir teh hangat..
Utk mengingatkan diri sendiri,
Semoga bermanfaat..
Sebuah renungan
Kubur setiap hari menyeru manusia sebanyak lima kali :
1. Aku rumah yang terpencil, maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Basmallah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan "Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadanya
Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya :
1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun, zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda:
" Ada 4 di pandang sebagai ibu ", yaitu :
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.
Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan Kesabaran.
Beberapa kata renungan dari Qur'an :
Orang yang tidak melakukan sholat .
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Dzuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Ashar : Dijauhkan dari kesehatan/kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isha' : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya
Sekarang anda mempunyai 2 pilihan, Tirai 1 atau Tirai 2…Bagaimana sudah ada pilihan? Deal…? Inilah pilihan anda terakhir! :
1. Biarkan Berita ini tetap dalam Laci Anda.
2. Sebarkan Berita ini ke sejumlah orang yang anda kenal dan Insya Allah Ridho Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang anda kirim.
"..Hasbunallah wa ni'mal wakiil."
(QS.Ali Imran 173)
RENUNGAN PAGI BUAT REKAN2 MUSLIM
Sekedar secangkir teh hangat..
Utk mengingatkan diri sendiri,
Semoga bermanfaat..
Sebuah renungan
Kubur setiap hari menyeru manusia sebanyak lima kali :
1. Aku rumah yang terpencil, maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Basmallah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan "Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadanya
Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya :
1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun, zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda:
" Ada 4 di pandang sebagai ibu ", yaitu :
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.
Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan Kesabaran.
Beberapa kata renungan dari Qur'an :
Orang yang tidak melakukan sholat .
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Dzuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Ashar : Dijauhkan dari kesehatan/kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isha' : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya
Sekarang anda mempunyai 2 pilihan, Tirai 1 atau Tirai 2…Bagaimana sudah ada pilihan? Deal…? Inilah pilihan anda terakhir! :
1. Biarkan Berita ini tetap dalam Laci Anda.
2. Sebarkan Berita ini ke sejumlah orang yang anda kenal dan Insya Allah Ridho Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang anda kirim.
"..Hasbunallah wa ni'mal wakiil."
(QS.Ali Imran 173)
oleh Aboy Johari pada 22 Februari 2011 jam 1:04
pagi hari..sebuah renungan tubuh, mentari dan jiwa
Selasa, 22 Februari 2011
jam menunjukkan pukul 04:50 WIB,,wake up,,wake up,,wake up,,itulah teriakan hati gw subuh tadi, itu pertanda bahwa gw mesti bangun dari mimpi gw. mata yang masih sayu ini secepat kilat bersinergi dengan kedua kaki, melangkahlah dengan perlahan kedua kaki ini menuju kamar mandi. sepi, sunyi dan tenang menghinggapi suasana subuh tadi. kedua tangan ini mengambil air dan kemudian gw bilas kesebagian tubuh sesuai aturan-aturan berwudhu, cessss...cessss..brrrrr..badan ini tak kuasa menahan keperkasaan dinginnya air.
tak kurang dari 5 menit, gw kembali ke kamar, sebuah kamar dindingnya terbuat dari bambu bilik serta didalamnya dihiasi foto-foto sukarno, tak ketinggalan buku-buku berderat dengan rapi dan sebagian agak acak-acakkan mewarnai keadaan kamar gw ini. subuh tadi masih terasa sangat sepi, orang dalam rumah rupanya masih menjelajah alam bawah sadarnya, tidak ada yang terbangun subuh itu kecuali gw. Allahuakbar...itulah kata pertama yang gw ucapkan ketika gw melapor ke Sang Khalik. disaat pikiran dan jiwa ini menanggung beban yang teramat berat seketika itu hilang dengan hanya mengucap "Allahuakbar".......
tak berapa lama kemudian selesailah gw melapor ke Sang Khalik...rupanya mentari tak sabar ingin cepat-cepat menyinari bumi ini. kaki ini melangkah keluar ketika jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. sepasang bola mata titipan Allah ini seketika melihat ke angkasa, terlihatlah mentari pagi yang indah dan perkasa, kemudian bertegur sapalah kami berdua.."hallo gatot..sudah siapkah dirimu menghadapi segala aktivitasmu hari ini?"ujarnya...gw jawab "oh mentari pagi...sejak kedua bola mata ini terbuka dari mimpi semalam, gw selalu siap bervivere pericoloso"...mentari menjawab:"baiklah nak..teruslah berjalan, sebab Allah selalu dekat denganmu"...gw kembali menjawab:"terima kasih mentari, engkau selalu menyinari dunia ini dan hati ini"......percakapan imajiner ini terhenti tatkala sepasang suami istri bersepeda motor melintas didepan gw. dilemparkanlah sebuah senyuman dari bibir ini kepada sepasang suami itri tersebut.
raga ini masih berada diluar rumah, fiyuuuuuuhhh...angin sedikit demi sedikit masuk dan menusuk tulang-tulang ini...indah banget suasana pagi tadi. konsentrasi ini kemudian tertuju pada bilik rumah yang baru diperbaiki semalam oleh ayah. sungguh sangat artistik keliatannya, rumah gw terlihat seperti rumah khas sunda yang sering terlihat di desa-desa. gw sangat senang dengan tampilan rumah gw sekarang. bilik bambu masih tampak mengkilat karena telah dipernis oleh kedua tangan ayah. gw melarang ayah buat mencat bilik itu, alasan gw sangat sederhana "supaya keliatan nilai-nilai tradisionalnya". ayah pun hanya bisa mengangguk dan menuruti keinginan anak tunggalnya ini.
mentari semakin mencengkram bumi ini, akhirnya gw melangkahkan kaki gw untuk masuk ke dalam rumah. kegiatan tubuh gw didalam rumah yaitu: mata bercengkrama dengan berita pagi, mulut bergumul dengan sepotong roti coklat dan segelas sari kurma, dan pantat menempel ibarat perangko dengan sang kursi.
tak banyak kata-kata yang keluar dari mulut pagi tadi, sosok anak tunggal ini hanya bisa diam dan membisu menyaksikan siaran televisi. hanya pikiran yang terus berkeliling melewati dan menembus lorong-lorong waktu di masa depan, sementara raga ini diam kosong.
tak terasa waktu terus berjalan, kegiatan dikampus selanjutnya akan menyambut raga ini.....
wallahuallambissawab...
jam menunjukkan pukul 04:50 WIB,,wake up,,wake up,,wake up,,itulah teriakan hati gw subuh tadi, itu pertanda bahwa gw mesti bangun dari mimpi gw. mata yang masih sayu ini secepat kilat bersinergi dengan kedua kaki, melangkahlah dengan perlahan kedua kaki ini menuju kamar mandi. sepi, sunyi dan tenang menghinggapi suasana subuh tadi. kedua tangan ini mengambil air dan kemudian gw bilas kesebagian tubuh sesuai aturan-aturan berwudhu, cessss...cessss..brrrrr..badan ini tak kuasa menahan keperkasaan dinginnya air.
tak kurang dari 5 menit, gw kembali ke kamar, sebuah kamar dindingnya terbuat dari bambu bilik serta didalamnya dihiasi foto-foto sukarno, tak ketinggalan buku-buku berderat dengan rapi dan sebagian agak acak-acakkan mewarnai keadaan kamar gw ini. subuh tadi masih terasa sangat sepi, orang dalam rumah rupanya masih menjelajah alam bawah sadarnya, tidak ada yang terbangun subuh itu kecuali gw. Allahuakbar...itulah kata pertama yang gw ucapkan ketika gw melapor ke Sang Khalik. disaat pikiran dan jiwa ini menanggung beban yang teramat berat seketika itu hilang dengan hanya mengucap "Allahuakbar".......
tak berapa lama kemudian selesailah gw melapor ke Sang Khalik...rupanya mentari tak sabar ingin cepat-cepat menyinari bumi ini. kaki ini melangkah keluar ketika jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. sepasang bola mata titipan Allah ini seketika melihat ke angkasa, terlihatlah mentari pagi yang indah dan perkasa, kemudian bertegur sapalah kami berdua.."hallo gatot..sudah siapkah dirimu menghadapi segala aktivitasmu hari ini?"ujarnya...gw jawab "oh mentari pagi...sejak kedua bola mata ini terbuka dari mimpi semalam, gw selalu siap bervivere pericoloso"...mentari menjawab:"baiklah nak..teruslah berjalan, sebab Allah selalu dekat denganmu"...gw kembali menjawab:"terima kasih mentari, engkau selalu menyinari dunia ini dan hati ini"......percakapan imajiner ini terhenti tatkala sepasang suami istri bersepeda motor melintas didepan gw. dilemparkanlah sebuah senyuman dari bibir ini kepada sepasang suami itri tersebut.
raga ini masih berada diluar rumah, fiyuuuuuuhhh...angin sedikit demi sedikit masuk dan menusuk tulang-tulang ini...indah banget suasana pagi tadi. konsentrasi ini kemudian tertuju pada bilik rumah yang baru diperbaiki semalam oleh ayah. sungguh sangat artistik keliatannya, rumah gw terlihat seperti rumah khas sunda yang sering terlihat di desa-desa. gw sangat senang dengan tampilan rumah gw sekarang. bilik bambu masih tampak mengkilat karena telah dipernis oleh kedua tangan ayah. gw melarang ayah buat mencat bilik itu, alasan gw sangat sederhana "supaya keliatan nilai-nilai tradisionalnya". ayah pun hanya bisa mengangguk dan menuruti keinginan anak tunggalnya ini.
mentari semakin mencengkram bumi ini, akhirnya gw melangkahkan kaki gw untuk masuk ke dalam rumah. kegiatan tubuh gw didalam rumah yaitu: mata bercengkrama dengan berita pagi, mulut bergumul dengan sepotong roti coklat dan segelas sari kurma, dan pantat menempel ibarat perangko dengan sang kursi.
tak banyak kata-kata yang keluar dari mulut pagi tadi, sosok anak tunggal ini hanya bisa diam dan membisu menyaksikan siaran televisi. hanya pikiran yang terus berkeliling melewati dan menembus lorong-lorong waktu di masa depan, sementara raga ini diam kosong.
tak terasa waktu terus berjalan, kegiatan dikampus selanjutnya akan menyambut raga ini.....
wallahuallambissawab...
Jumat, 11 Februari 2011
Renungan Tubuh
Tak sejengkal pun yang terlewati ketika si empunya menjelajahi ruang dalam tubuh,
Hati berbicara dengan lembut laksana butir-butir pasir,
Perasaannya mengungkapkan gejolak jiwa yang terpendam di dalam tubuh,
Manusia seketika tersadar, mengungkapkan keluh kesahnya dengan irama tubuh,
Tubuhku ini berbicara,
Sang penari-penari itu berteriak dengan semangat,
Sang penari-penari itu berteriak menggema bagai debur ombak,
Sang penari-penari itu berteriak tidak pernah mulutnya berteriak,
Sang penari-penari itu berteriak dengan dinamika gerak,
Sang penari-penari itu berteriak dengan tubuh yang siap menerkam alunan suara,
Mengapa wahai penari engkau hanya bergerak apabila ada benda yang menggerakkanmu?
Berapa lama lagi kau akan bangkit melupakan benda-benda yang gemerlapan disekitarmu?
Sinar ini akan padam sirna apabila engkau memilih nafsu,
Ayolah penari...hanya kau yang mampu berbicara dengan tubuh,
Jangan lupakan itu, gerak kalian tercipta tatkala Tuhan sedang tersenyum,
Oaaaaaaaa...tubuhku ini anugerah...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini harta...hadiah istimewa...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini laksana tiang pancang yang selalu melindungi si empu rumah...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini jangan terkapar oleh kehampaan...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini jangan tersia-siakan oleh kesunyian...
Tuhan...tubuhku ini nikmat pemberian-Mu,
Tuhan...tubuhku ini titipan dari-Mu,
Tuhan...tubuhku ini sebenarnya milik-Mu,
Tuhan...tubuhku ini akan berakhir kepada-Mu,
Tuhan...tubuhku ini akan bersatu kembali dengan-Mu.
Hati berbicara dengan lembut laksana butir-butir pasir,
Perasaannya mengungkapkan gejolak jiwa yang terpendam di dalam tubuh,
Manusia seketika tersadar, mengungkapkan keluh kesahnya dengan irama tubuh,
Tubuhku ini berbicara,
Sang penari-penari itu berteriak dengan semangat,
Sang penari-penari itu berteriak menggema bagai debur ombak,
Sang penari-penari itu berteriak tidak pernah mulutnya berteriak,
Sang penari-penari itu berteriak dengan dinamika gerak,
Sang penari-penari itu berteriak dengan tubuh yang siap menerkam alunan suara,
Mengapa wahai penari engkau hanya bergerak apabila ada benda yang menggerakkanmu?
Berapa lama lagi kau akan bangkit melupakan benda-benda yang gemerlapan disekitarmu?
Sinar ini akan padam sirna apabila engkau memilih nafsu,
Ayolah penari...hanya kau yang mampu berbicara dengan tubuh,
Jangan lupakan itu, gerak kalian tercipta tatkala Tuhan sedang tersenyum,
Oaaaaaaaa...tubuhku ini anugerah...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini harta...hadiah istimewa...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini laksana tiang pancang yang selalu melindungi si empu rumah...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini jangan terkapar oleh kehampaan...
Oaaaaaaaa...tubuhku ini jangan tersia-siakan oleh kesunyian...
Tuhan...tubuhku ini nikmat pemberian-Mu,
Tuhan...tubuhku ini titipan dari-Mu,
Tuhan...tubuhku ini sebenarnya milik-Mu,
Tuhan...tubuhku ini akan berakhir kepada-Mu,
Tuhan...tubuhku ini akan bersatu kembali dengan-Mu.
Selasa, 01 Februari 2011
Wawancara dengan Maestro/Tokoh Tari Sunda Ibu Indrawati Lukman
Pada hari Rabu tanggal 13 Januari 2009, saya berkesempatan melakukan sebuah wawancara dengan Ibu Indrawati Lukman dikediamannya yang asri dan sejuk dikawasan Arcamanik – Antapani Bandung. Beliau merupakan salah satu tokoh/maestro Tari di Jawa Barat, kiprah beliau di dunia tari khususnya tari Sunda sudah tidak diragukan lagi, bahkan Harian Kompas memberi julukan kepada beliau sebagai Penari Senior Indonesia, berikut petikan percakapan bersama Ibu Indrawati Lukman :
1. Tanggal berapa Ibu dilahirkan?
Jawab : 1 April 1944
2. Dimana Ibu dilahirkan?
Jawab : di Bandung
3. Ibu dilahirkan dari berapa bersaudara?
Jawab : Saya dilahirkan dari 5 bersaudara.
4. Bisa diceritakan awal mula Ibu berkiprah didunia tari?
Jawab : Ketika itu tahun 1955. Sebenarnya dulu saya hanya sekadar mengikuti teman-teman untuk menari, sebagai hobi saja. Pada waktu itu satu-satunya guru tari yang terkenal adalah Pak Tjetje Somantri, tempatnya di Badan Kesenian Indonesia (BKI) di Jalan Naripan Bandung. Ya, memang awalnya saya terjun ke dunia tari betul-betul hanya ikut-ikutan. Tidak tahu bahwa akhirnya di situlah bakat dan dunia saya. Ketika itu Pak Tjetjelah yang mungkin melihat bakat dan potensi saya sebagai penari. Waktu itu umur saya sebelas tahun. Sejak itulah saya menemukan hobi yang sesuai dengan hati saya. Jika tahun 1955 disebut sebagai langkah awal keberangkatan saya menggeluti dunia tari, maka sekarang sudah 50 tahun saya menggeluti dunia tari. Dari tahun ke tahun ketika itu saya selalu dibawa dalam berbagai pertunjukan. Sampai tahun 1957 saya pertama kali terpilih menjadi anggota misi kesenian ke luar negeri. Waktu itu ke Rusia, Cekoslowakia, Polandia, Hongaria dan Mesir. Selama 3 bulan saya harus meninggalkan sekolah, tapi memang mendapat izin karena itu merupakan sebuah misi kesenian Indonesia. Pilihan untuk menggeluti dunia tari itu berlangsung secara tak sadar. Karena terus-menerus dan juga karena hobi. Kalau saya ingat lagi ke belakang, karena hobi itulah saya asal bisa menari saja. Tidak dibayar saja saya merasa senang, dibayar sedikit juga tidak masalah dan mendapat kesempatan menari ke mana-mana. Jadi saya juga, ya, enjoy saja. Sampai suatu ketika pada tahun 1964, ada orang menawarkan saya beasiswa untuk belajar ke Amerika Serikat. Saat itu, kebetulan juga saya diminta tampil di New York World Fair. Saya berangkat ke Amerika dengan lebih dulu mengikuti program pemerintah di New York World Fair, lalu saya berangkat ke Stephen's College atas beasiswa. Tapi beasiswa itu bukan untuk studi tari, melainkan meneruskan studi seperti yang saya pelajari semasa semester satu di Unpad, yaitu psikologi. Tapi ketika itu bahasa Inggris saya pas-pasan, dan tentu saja mendapat banyak kesulitan. Akhirnya saya memilih untuk memfokuskan diri pada studi tari. Di situlah saya merasa apa yang saya miliki bisa keluar, terutama dalam kelas koreografi. Di situlah selama dua tahun saya sempat juga mempelajari berbagai tari etnis, dari mulai tari India, Spanyol, Hawai hingga teknik modern dance Martha Graham.
5. Bagaimana sambutan pertama kali yang diberikan oleh keluarga (orang tua,saudara) ketika ibu memutuskan untuk berkiprah didunia seni tari?
Jawab : Nggak jadi masalah, kebetulan darah seni mengalir dari ibu saya. Karena keluarga kami kebetulan keluarga pendidik maka memberikan kebebasan kepada anak-anaknya, orang tua saya hanya memberikan pesan yaitu berusahalah sampai titik akhir dan jangan sampai merugikan orang lain.
6. Apakah keluarga (suami dan anak) mendukung ibu berkiprah didunia jagad tari Sunda?
Jawab : Ya, memang dari awal, ketika saya mulai menikah..suaminya saya sempat melarang untuk terjun di dunia tari…Awalnya malah saya tidak boleh menari, dia mengatakan bahwa dia bukan artis seperti saya. Karena itu saya diminta untuk menjaga perasaannya. Dia enggak suka saya menari tapi perasaan dan jiwa saya menari terus…Setelah dia melihat saya dari tahun ke tahun selalu gelisah, suami saya menganggap memang saya tidak bisa ditahan untuk terjun di dunia tari…dia mengizinkan saya untuk mengajar dulu. Oleh karena itu saya mendirikan STI dengan tujuan mengajar saja.
Tapi lama-kelamaan dia melihat bahwa itulah dunia saya sampai akhirnya dia juga terjun dan terlibat. Akhirnya mendukung dalam arti positif dan saya boleh menari asal mendapat izin dari suami…dengan pegangan itu saya pegang terus…akhirnya sampai sekarang suami dan anak mendukung, malahan kalau keluar negeri ikut.
7. Tarian apa yang pertama kali ibu ciptakan?
Jawab : Saya mulai mencoba menciptakan tarian, seingat saya judulnya "Tari Batik", itu diciptakan sepulang dari Amerika, saya tidak melanjutkan sekolah, karena lebih senang meneruskan apa yang sedang saya geluti. Dari awal itulah apa yang dulu saya pelajari, saya coba masukkan ke dalam karakter tari Sunda. Karena itulah garapan-garapan saya banyak mengambil gerakan dari daerah lain dengan tetap mempertahankan roh Parahyangannya. Tapi pola geraknya saya ambil dari tradisi lain yang mungkin sepintas tidak akan terasa, tapi jika dilihat secara detail akan terasa. Salah satunya, misalnya, idiom gerak yang saya ambil dari Thailand. Saya belajar di Bangkok dua kali. Atau juga saya mengambilnya dari idiom tari Jawa dan Bali. Tapi itu bukan berarti asal mengambil begitu saja, tapi ada alasan atau ketentuan estetikanya. Jadi bukan berarti saya harus begitu saja memasukkan unsur-unsur modern dance. Saya tidak bisa, karena jiwa saya lebih ke tari-tari tradisional. Sebagai orang yang lebih dulu mendalami tari-tari tradisional, untuk lepas dari akar itu sangat sulit.
8. Pada tahun berapa?
Jawab : Sekitar tahun 1968 – 1971an.
9. Bagaimana struktur koreografi tarian tersebut?
Jawab : Saya membuat koreografi yang tidak sulit dan mudah dimengerti oleh murid sehingga gampang ditiru, tidak hanya anak-anak tapi mahasiswa juga, kemudian dikemas dengan lagu yang sedemikian rupa agar menarik para penonton yang melihatnya.
10. Bisa Ibu jelaskan tentang unsur musik yang terdapat dalam tarian tersebut?
Jawab : Unsur musik atau gendingnya itu yang pertama kali saya buat beda dari yang lain dan beda dari yang sudah pakem. Musiknya sudah pakai irama lain dan menjadi wanda anyar.
11. Bagaimana dengan unsur busana dalam tarian tersebut?
Jawab : Unsur busana dari awal..saya membuat pertunjukan itu nomor satu memang di busana…memiliki ciri khas tersendiri supaya bisa memuaskan penonton, sehingga muncul kesan dipublik bahwa karya tari saya glamor, padahal biasa saja hanya dari unsur tata cahaya yang mengakibatkan kostum menjadi lebih menarik….saya tidak melihat kaidah-kaidah yang terdapat dalam suatu warna…yang penting masih mengikuti norma-norma tari Sunda, mengikuti zaman tapi kita jangan sampai dikalahkan. Saya ingin tari tradisional yang dulu pakaiannya demikian sederhana bisa ikut dalam kekinian. Kita tidak bisa menari terus-menerus seperti zaman dulu, tapi kita juga tidak bisa menghilangkan yang dahulu itu. Yang dahulu dipelihara tapi selanjutnya kita harus membuat anak-anak sekarang menyukainya. Ketika anak-anak sekarang tidak suka, bahkan untuk melirik pun tidak mau, bagaimana dia mau belajar.
12. Sampai saat ini, berapa tarian yang telah Ibu buat?
Jawab : Wuah..cukup banyak tarian yang sudah saya buat.
13. bisa disebutkan tarian karya Ibu tersebut?
Jawab : Coba nanti lihat saja dibuku “Menengok Jagat Tari Sunda-50Tahun Kiprah Kepenarian Indrawati Lukman dan 37 Tahun Studio Tari Indra”. Disana ada data karya-karya tarian saya.
14. Tema-tema apa yang muncul pada tari-tarian karya Ibu?
Jawab : Biasanya yang penting itu…pertama, hampir semua karya saya menggambarkan kewanitaan, karena saya belajar dari almarhum Pak Tjetje yang karyanya mengungkapkan kewanitaan, seperti wanita yang terampil, wanita yang ceria, wanita yang gembira…kedua, temanya keindahan. Sewaktu saya membuat tarian saya tidak mau orang capek melihatnya. Tidak semua orang yang menonton adalah penari. Jadi, ketika saya menciptakan tarian saya harus menciptakan sesuatu yang berakar pada tradisi di Jawa Barat, juga indah sehingga belum orang mengerti tariannya tapi ia sudah merasakan keindahan visualnya, juga musiknya. kecuali di dramatari ada karakter yang kuat. Tapi intinya tetap adalah keindahan.
15. Apakah tema-tema tersebut dipengaruhi kondisi sosial, politik, juga ekonomi yang berkembang pada saat ibu menciptakan tarian tersebut?
Jawab : Nggak..karena itu konotasinya agak lebih berat untuk si anak..karena karya saya ini kan hanya untuk anak-anak yang sekedar ingin menarikan, kalau kondisi sosial, politik seperti itu harus untuk konsumsi tertentu dan mempunyai tanggung jawab yang lebih berat.
16. Apakah tarian karya Ibu masih kental dengan ritual?
Jawab : Nggak ada ritual malah. Kalau ritualkan kita harus memelihara pakem, tidak lepas dari aturan-aturan...kalo saya lebih ke hiburan. Sifatnya enteng dan mudah dipahami oleh penonton.
17. Apakah ada pesan khusus yang disampaikan kepada penonton dalam setiap tarian karya Ibu?
Jawab : Yang bisa saya katakan, bahwa ketika saya sedang menari ada sesuatu yang ingin diungkapkan, termasuk keindahan dan anugerah Allah. Ketika saya menari, saya merasa bahwa saya sedang memberikan sesuatu yang saya miliki. Ketika saya menari, ada semacam kebahagiaan di dalamnya, memberikan keindahan, menampilkan apa yang saya ekspresikan. Kalau dengan kata yang singkat, saya ingin mengatakan agar masyarakat itu mencintai budaya dan tradisi mereka. Cintailah seni daerah. Dan karena itulah, punten, saya merasa harus membuat karya-karya yang tidak jelek. Harus bagus terus. Semua yang saya tampilkan harus membuat orang mengatakan bahwa mereka menyukai tari-tari Jawa Barat. Makanya saya terus berkarya membuat sesuatu yang baru sesuai dengan zamannya. Jadi, selama saya memelihara ini terutama tari Sunda…pertama, agar masyarakat atau orang Sunda bisa mengapresiasi budayanya sendiri…kedua, supaya generasi muda selanjutnya mau mempelajari…karena menurut saya suatu bangsa itu akan kuat kalau budaya dan mental masyarakatnya juga kuat.
18. Menurut Ibu, adakah pihak-pihak (pewaris/ahli waris) yang berusaha untuk menjaga kelestarian tari-tarian karya Ibu?
Jawab : Sebenarnya, anak saya tidak seperti saya yang mempunyai minat yang kuat untuk menari, cuma dia punya keinginan untuk meneruskan usaha saya, dalam artian melalui Studio Tari Indra…mungkin saja ada penari yang loyal dan mempunyai niat untuk meneruskan keinginan saya…intinya pengorbanan, dedikasi dan loyalitas..tanpa itu nggak ada gunanya..Jadi kalau harus disebut langsung siapa orangnya, saya tidak bisa memastikan.
19. Bagaimana perhatian pemerintah terhadap tari-tarian yang dikelola STI?
Jawab : Ya secara material tidak ada, dana yang rutin sama sekali tidak ada…tetapi kalau mengenai kegiatan yang memerlukan bantuan seperti pengajuan proposal, biasanya mereka melihat keperluannya apa, apakah perlu didukung atau tidak, biasanya mereka harus melakukan pengamatan dan penelitian terlebih dahulu dan kadang-kadang sangat menyebalkan…sudah komit saya untuk mempunyai wadah pendidikan/menampung anak orang yang mempunyai bakat kemudian kita tampilkan, pemerintah memberi dana atau tidak, kegiatan harus jalan terus, kalau menunggu bantuan pemerintah tidak akan maju, pemerintah dirasakan masih kurang mempunyai kepedulian terhadap kesenian. Berbeda dengan dulu, sekitar tahun 1970 – 1980an, dalam satu bulan kami bisa empat kali tampil di Gedung Pakuan. Apresiasinya ketika itu tinggi sekali.
20. Apa kendala yang Ibu temukan ketika menjadi penari akhirnya adalah pilihan Ibu, apalagi pada masa-masa itu pilihan untuk menjadi seniman di mata keluarga bukanlah sesuatu yang gampang bukan?
Jawab : Sebetulnya, itu bukan pilihan. Semuanya terjadi secara tak sengaja. Atau ketika itu saya belum memilih untuk menjadi penari, tapi hanya meneruskan hobi saja. Belum ada pemikiran saya akan menjadi penari. Pada masa itu memang belum banyak orang yang membuat tarian baru dan mengembangkan tarian tradisional. Jadi sebenarnya di situ saya berusaha mencoba-coba. Ketika sejak tahun 1965 banyak orang menilai dalam karya saya terdapat sesuatu yang baru, di situ saya tergugah untuk lebih mengembangkannya. Termasuk mengembangkannya dalam kelompok yang saya dirikan tahun 1968, yaitu Studio Tari Indra (STI) itu kendalanya luar biasa..tidak ada yang mendukung..dukungan dana tidak ada, dukungan masyarakat pun terasa masih kurang…akhirnya saya harus berusaha sekuat tenaga agar STI bisa tetap eksis, karena berusaha akhirnya mereka peduli…usaha yang harus terus menerus dan menbuat sesuatu yang berbeda tiap tahun, jadi sudah kepalang basah ya mau apalagi…tapi Im happy…the show must go on…kalo sudah komit harus all out…
21. Sebenarnya mengapa Ibu merasa harus menjadi seorang penari?
Jawab : Ini pertanyaan yang sulit saya jawab. Saya tidak merasa harus menjadi seorang penari, karena ke-bisa-an saya ya ini…hahaha…bermula dari ikut-ikutan, terus karena diajak dan pergi keluar negeri...ya akhirnya menjadi penari…
22. Kapan tepatnya Ibu mengenal Pak Tjetje Somantri?
Jawab : Saya mengenal beliau ketika saya bergabung di BKI (Badan Kesenian Indonesia)
23. Bagaimana Ibu memandang sosok Pak Tjetje?
Jawab : Pak Tjetje orangnya sangat low profile, tidak banyak bicara, cuma dia seorang penari yang tahu kondisi si anak, Pak Tjetje intens mengajar agar muridnya bagus, teknik menari Pak Tjetje luar biasa, ini merupakan contoh pengorbanan, dia mengajar tanpa pamrih.
24. Apa yang membuat Ibu akhirnya tertarik untuk mengikuti jejak Pak Tjetje?
Jawab : Sebenarnya ketika saya mendapat pengajaran dari Pak Tjetje, banyak sekali kemudahan atau rahmat yang saya dapat dari Allah SWT melalui tari, andaikata saya tidak mengenal Pak Tjetje…tidak mungkin saya seperti sekarang ini. Saya menemukan segalanya dari beliau.
25. Apakah ada nasihat dan pesan khusus dari Pak Tjetje?
Jawab : Kalau ke pribadi tidak, hanya beliau suka bilang “hargailah kehidupan”, “hargailah yang kamu dapatkan”…beliau suka bilang begitu.
26. Apakah Ibu salah satu murid kesayangan atau anak emas Pak Tjetje?
Jawab : Nggak…saya bukan..tidak sama sekali. Pak Tjetje itu tidak punya emas. Selama saya menari disana tidak ada anak emas. Pak Yuyun, Ibu Ira pun tidak di anak emaskan. Beliau tidak membeda-bedakan murid. Cuma beliau tahu kondisi si penari, makanya ada penari yang menari itu-itu saja, karena beliau mempunyai kepekaan yang lebih terhadap muridnya, contohnya: saya menjadi penari pertama Tari Kandagan, Ibu Emmi identik dengan Tari Dewi Serang, mungkin itu yang dikatakan anak emas. Jadi tidak ada anak emas kalau menurut saya, hanya dalam pengkarakteran tarian saja yang dibedakan.
27. Sampai saat ini, bagaimana Ibu menilai perkembangan tari Sunda?
Jawaban : Perkembangannya sih sejak dengan adanya jaipongan, saya pikir tari Sunda biasa-biasa saja yah, hidup segan mati pun tak mau, kemudian itu apresiasi masyarakat terhadap tari Sunda masih kurang..makanya ketika mereka diam, saya tidak diam. Pikiran saya selalu berputar agar bisa terus menerus mengembangkan tari Sunda.
28. Bagaimana Ibu melihat minat generasi muda dalam mengembangkan dan mempertahankan tari Sunda?
Jawab : Nggak ada, selain di SMKI, UPI, STSI. Orang yang mau menari atau mendalami masih kurang…paling-paling perbedannya kalau harus dihitung itu dari 10 cuma 2 orang.
29. Sudah 50 tahun Ibu menggeluti dunia tari. Selama itu apa yang Ibu dapatkan?
Jawab : Kalau saya lihat itu, yang saya dapatkan adalah bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan kegigihan, pengorbanan dan kerja keras..tanpa itu semua usaha kita tidak akan berhasil…dan jujur, dalam arti kata jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain…Kalau pengalaman sudah jelas. Demikian juga dengan anak-anak didik dan networking. Tapi ada juga nilai tersendiri, bahwa dengan menjadi penari saya merasa kaya. Merasa kaya bukan dalam pengertian materi, tapi suatu jenis kekayaan yang kelak juga harus bisa bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Ketika saya ingin berhenti, itu tidak bisa karena saya ingin menularkan kebahagiaan saya sebagai penari pada para generasi muda. Besok lusa saya misal sudah tidak ada. Kalau saya berhenti dan saya belum memberikan apa yang saya miliki ini pada orang lain, maka semuanya akan terputus. Keindahan itu dari Allah, tapi persoalannya bagaimana kita bisa merawat dan melanjutkan keindahan itu dengan sebaik-baiknya.
30. 40 tahun sudah Studio Tari Indra berdiri, apakah Ibu merasa puas dengan hasil yang telah dicapai oleh STI?
Jawab : Nggak lah...nggak akan puas…Cuma memang yang nggak puas itu self beloging para penari, saya ingin penari yang telah tergabung kedalam STI mempunyai ikatan batin / rasa memiliki kepada STI…merasakan adanya ikatan kekeluargaan yang erat, saya ingin membina penari agar baik akhlak, sikap dan kelakuannya. Selain tetap ingin menjaga perkembangan tari tradisi di Jawa Barat, saya ingin memberi peluang untuk para penari muda berbakat sehingga mereka bisa mengembangkan potensinya.
31. Kalau Ibu dilahirkan kembali dan boleh memilih, Ibu ingin jadi apa sih?
Jawab : Jika saya dilahirkan kembali, saya ingin membahagiakan orang tua dengan menjadi Sarjana...Dosen...Profesor…karena latar belakang orang tua dan keluarga dari kalangan akademisi…bukan jadi penari, ibu saya guru Bahasa Inggris dan Ayah saya dosen di Institut Teknologi Bandung. Jadi dalam darah saya memang mengalir darah pendidik. Tapi orang tua menyadari dan sudah jalannya dari Allah...mensyukuri saja.
32. Sampai kapan Ibu akan terus bergelut dalam dunia tari?
Jawab : Insya Allah selama saya masih mampu.
33. Adakah pesan yang ingin ibu sampaikan untuk para penari generasi sekarang?
Jawab : Yang penting dia peduli kepada kebudayaan, pesan yang disampaikan terutama kepada lingkungan akademik seperti sekolah, guru. Mereka harus mau menjadikan kesenian suatu keharusan untuk dipelajari oleh generasi muda, diarahkan untuk mencintai kesenian dan juga budi pekerti kalau budayanya ingin maju dan berkembang.
5. Bagaimana sambutan pertama kali yang diberikan oleh keluarga (orang tua,saudara) ketika ibu memutuskan untuk berkiprah didunia seni tari?
Jawab : Nggak jadi masalah, kebetulan darah seni mengalir dari ibu saya. Karena keluarga kami kebetulan keluarga pendidik maka memberikan kebebasan kepada anak-anaknya, orang tua saya hanya memberikan pesan yaitu berusahalah sampai titik akhir dan jangan sampai merugikan orang lain.
6. Apakah keluarga (suami dan anak) mendukung ibu berkiprah didunia jagad tari Sunda?
Jawab : Ya, memang dari awal, ketika saya mulai menikah..suaminya saya sempat melarang untuk terjun di dunia tari…Awalnya malah saya tidak boleh menari, dia mengatakan bahwa dia bukan artis seperti saya. Karena itu saya diminta untuk menjaga perasaannya. Dia enggak suka saya menari tapi perasaan dan jiwa saya menari terus…Setelah dia melihat saya dari tahun ke tahun selalu gelisah, suami saya menganggap memang saya tidak bisa ditahan untuk terjun di dunia tari…dia mengizinkan saya untuk mengajar dulu. Oleh karena itu saya mendirikan STI dengan tujuan mengajar saja.
Tapi lama-kelamaan dia melihat bahwa itulah dunia saya sampai akhirnya dia juga terjun dan terlibat. Akhirnya mendukung dalam arti positif dan saya boleh menari asal mendapat izin dari suami…dengan pegangan itu saya pegang terus…akhirnya sampai sekarang suami dan anak mendukung, malahan kalau keluar negeri ikut.
7. Tarian apa yang pertama kali ibu ciptakan?
Jawab : Saya mulai mencoba menciptakan tarian, seingat saya judulnya "Tari Batik", itu diciptakan sepulang dari Amerika, saya tidak melanjutkan sekolah, karena lebih senang meneruskan apa yang sedang saya geluti. Dari awal itulah apa yang dulu saya pelajari, saya coba masukkan ke dalam karakter tari Sunda. Karena itulah garapan-garapan saya banyak mengambil gerakan dari daerah lain dengan tetap mempertahankan roh Parahyangannya. Tapi pola geraknya saya ambil dari tradisi lain yang mungkin sepintas tidak akan terasa, tapi jika dilihat secara detail akan terasa. Salah satunya, misalnya, idiom gerak yang saya ambil dari Thailand. Saya belajar di Bangkok dua kali. Atau juga saya mengambilnya dari idiom tari Jawa dan Bali. Tapi itu bukan berarti asal mengambil begitu saja, tapi ada alasan atau ketentuan estetikanya. Jadi bukan berarti saya harus begitu saja memasukkan unsur-unsur modern dance. Saya tidak bisa, karena jiwa saya lebih ke tari-tari tradisional. Sebagai orang yang lebih dulu mendalami tari-tari tradisional, untuk lepas dari akar itu sangat sulit.
8. Pada tahun berapa?
Jawab : Sekitar tahun 1968 – 1971an.
9. Bagaimana struktur koreografi tarian tersebut?
Jawab : Saya membuat koreografi yang tidak sulit dan mudah dimengerti oleh murid sehingga gampang ditiru, tidak hanya anak-anak tapi mahasiswa juga, kemudian dikemas dengan lagu yang sedemikian rupa agar menarik para penonton yang melihatnya.
10. Bisa Ibu jelaskan tentang unsur musik yang terdapat dalam tarian tersebut?
Jawab : Unsur musik atau gendingnya itu yang pertama kali saya buat beda dari yang lain dan beda dari yang sudah pakem. Musiknya sudah pakai irama lain dan menjadi wanda anyar.
11. Bagaimana dengan unsur busana dalam tarian tersebut?
Jawab : Unsur busana dari awal..saya membuat pertunjukan itu nomor satu memang di busana…memiliki ciri khas tersendiri supaya bisa memuaskan penonton, sehingga muncul kesan dipublik bahwa karya tari saya glamor, padahal biasa saja hanya dari unsur tata cahaya yang mengakibatkan kostum menjadi lebih menarik….saya tidak melihat kaidah-kaidah yang terdapat dalam suatu warna…yang penting masih mengikuti norma-norma tari Sunda, mengikuti zaman tapi kita jangan sampai dikalahkan. Saya ingin tari tradisional yang dulu pakaiannya demikian sederhana bisa ikut dalam kekinian. Kita tidak bisa menari terus-menerus seperti zaman dulu, tapi kita juga tidak bisa menghilangkan yang dahulu itu. Yang dahulu dipelihara tapi selanjutnya kita harus membuat anak-anak sekarang menyukainya. Ketika anak-anak sekarang tidak suka, bahkan untuk melirik pun tidak mau, bagaimana dia mau belajar.
12. Sampai saat ini, berapa tarian yang telah Ibu buat?
Jawab : Wuah..cukup banyak tarian yang sudah saya buat.
13. bisa disebutkan tarian karya Ibu tersebut?
Jawab : Coba nanti lihat saja dibuku “Menengok Jagat Tari Sunda-50Tahun Kiprah Kepenarian Indrawati Lukman dan 37 Tahun Studio Tari Indra”. Disana ada data karya-karya tarian saya.
14. Tema-tema apa yang muncul pada tari-tarian karya Ibu?
Jawab : Biasanya yang penting itu…pertama, hampir semua karya saya menggambarkan kewanitaan, karena saya belajar dari almarhum Pak Tjetje yang karyanya mengungkapkan kewanitaan, seperti wanita yang terampil, wanita yang ceria, wanita yang gembira…kedua, temanya keindahan. Sewaktu saya membuat tarian saya tidak mau orang capek melihatnya. Tidak semua orang yang menonton adalah penari. Jadi, ketika saya menciptakan tarian saya harus menciptakan sesuatu yang berakar pada tradisi di Jawa Barat, juga indah sehingga belum orang mengerti tariannya tapi ia sudah merasakan keindahan visualnya, juga musiknya. kecuali di dramatari ada karakter yang kuat. Tapi intinya tetap adalah keindahan.
15. Apakah tema-tema tersebut dipengaruhi kondisi sosial, politik, juga ekonomi yang berkembang pada saat ibu menciptakan tarian tersebut?
Jawab : Nggak..karena itu konotasinya agak lebih berat untuk si anak..karena karya saya ini kan hanya untuk anak-anak yang sekedar ingin menarikan, kalau kondisi sosial, politik seperti itu harus untuk konsumsi tertentu dan mempunyai tanggung jawab yang lebih berat.
16. Apakah tarian karya Ibu masih kental dengan ritual?
Jawab : Nggak ada ritual malah. Kalau ritualkan kita harus memelihara pakem, tidak lepas dari aturan-aturan...kalo saya lebih ke hiburan. Sifatnya enteng dan mudah dipahami oleh penonton.
17. Apakah ada pesan khusus yang disampaikan kepada penonton dalam setiap tarian karya Ibu?
Jawab : Yang bisa saya katakan, bahwa ketika saya sedang menari ada sesuatu yang ingin diungkapkan, termasuk keindahan dan anugerah Allah. Ketika saya menari, saya merasa bahwa saya sedang memberikan sesuatu yang saya miliki. Ketika saya menari, ada semacam kebahagiaan di dalamnya, memberikan keindahan, menampilkan apa yang saya ekspresikan. Kalau dengan kata yang singkat, saya ingin mengatakan agar masyarakat itu mencintai budaya dan tradisi mereka. Cintailah seni daerah. Dan karena itulah, punten, saya merasa harus membuat karya-karya yang tidak jelek. Harus bagus terus. Semua yang saya tampilkan harus membuat orang mengatakan bahwa mereka menyukai tari-tari Jawa Barat. Makanya saya terus berkarya membuat sesuatu yang baru sesuai dengan zamannya. Jadi, selama saya memelihara ini terutama tari Sunda…pertama, agar masyarakat atau orang Sunda bisa mengapresiasi budayanya sendiri…kedua, supaya generasi muda selanjutnya mau mempelajari…karena menurut saya suatu bangsa itu akan kuat kalau budaya dan mental masyarakatnya juga kuat.
18. Menurut Ibu, adakah pihak-pihak (pewaris/ahli waris) yang berusaha untuk menjaga kelestarian tari-tarian karya Ibu?
Jawab : Sebenarnya, anak saya tidak seperti saya yang mempunyai minat yang kuat untuk menari, cuma dia punya keinginan untuk meneruskan usaha saya, dalam artian melalui Studio Tari Indra…mungkin saja ada penari yang loyal dan mempunyai niat untuk meneruskan keinginan saya…intinya pengorbanan, dedikasi dan loyalitas..tanpa itu nggak ada gunanya..Jadi kalau harus disebut langsung siapa orangnya, saya tidak bisa memastikan.
19. Bagaimana perhatian pemerintah terhadap tari-tarian yang dikelola STI?
Jawab : Ya secara material tidak ada, dana yang rutin sama sekali tidak ada…tetapi kalau mengenai kegiatan yang memerlukan bantuan seperti pengajuan proposal, biasanya mereka melihat keperluannya apa, apakah perlu didukung atau tidak, biasanya mereka harus melakukan pengamatan dan penelitian terlebih dahulu dan kadang-kadang sangat menyebalkan…sudah komit saya untuk mempunyai wadah pendidikan/menampung anak orang yang mempunyai bakat kemudian kita tampilkan, pemerintah memberi dana atau tidak, kegiatan harus jalan terus, kalau menunggu bantuan pemerintah tidak akan maju, pemerintah dirasakan masih kurang mempunyai kepedulian terhadap kesenian. Berbeda dengan dulu, sekitar tahun 1970 – 1980an, dalam satu bulan kami bisa empat kali tampil di Gedung Pakuan. Apresiasinya ketika itu tinggi sekali.
20. Apa kendala yang Ibu temukan ketika menjadi penari akhirnya adalah pilihan Ibu, apalagi pada masa-masa itu pilihan untuk menjadi seniman di mata keluarga bukanlah sesuatu yang gampang bukan?
Jawab : Sebetulnya, itu bukan pilihan. Semuanya terjadi secara tak sengaja. Atau ketika itu saya belum memilih untuk menjadi penari, tapi hanya meneruskan hobi saja. Belum ada pemikiran saya akan menjadi penari. Pada masa itu memang belum banyak orang yang membuat tarian baru dan mengembangkan tarian tradisional. Jadi sebenarnya di situ saya berusaha mencoba-coba. Ketika sejak tahun 1965 banyak orang menilai dalam karya saya terdapat sesuatu yang baru, di situ saya tergugah untuk lebih mengembangkannya. Termasuk mengembangkannya dalam kelompok yang saya dirikan tahun 1968, yaitu Studio Tari Indra (STI) itu kendalanya luar biasa..tidak ada yang mendukung..dukungan dana tidak ada, dukungan masyarakat pun terasa masih kurang…akhirnya saya harus berusaha sekuat tenaga agar STI bisa tetap eksis, karena berusaha akhirnya mereka peduli…usaha yang harus terus menerus dan menbuat sesuatu yang berbeda tiap tahun, jadi sudah kepalang basah ya mau apalagi…tapi Im happy…the show must go on…kalo sudah komit harus all out…
21. Sebenarnya mengapa Ibu merasa harus menjadi seorang penari?
Jawab : Ini pertanyaan yang sulit saya jawab. Saya tidak merasa harus menjadi seorang penari, karena ke-bisa-an saya ya ini…hahaha…bermula dari ikut-ikutan, terus karena diajak dan pergi keluar negeri...ya akhirnya menjadi penari…
22. Kapan tepatnya Ibu mengenal Pak Tjetje Somantri?
Jawab : Saya mengenal beliau ketika saya bergabung di BKI (Badan Kesenian Indonesia)
23. Bagaimana Ibu memandang sosok Pak Tjetje?
Jawab : Pak Tjetje orangnya sangat low profile, tidak banyak bicara, cuma dia seorang penari yang tahu kondisi si anak, Pak Tjetje intens mengajar agar muridnya bagus, teknik menari Pak Tjetje luar biasa, ini merupakan contoh pengorbanan, dia mengajar tanpa pamrih.
24. Apa yang membuat Ibu akhirnya tertarik untuk mengikuti jejak Pak Tjetje?
Jawab : Sebenarnya ketika saya mendapat pengajaran dari Pak Tjetje, banyak sekali kemudahan atau rahmat yang saya dapat dari Allah SWT melalui tari, andaikata saya tidak mengenal Pak Tjetje…tidak mungkin saya seperti sekarang ini. Saya menemukan segalanya dari beliau.
25. Apakah ada nasihat dan pesan khusus dari Pak Tjetje?
Jawab : Kalau ke pribadi tidak, hanya beliau suka bilang “hargailah kehidupan”, “hargailah yang kamu dapatkan”…beliau suka bilang begitu.
26. Apakah Ibu salah satu murid kesayangan atau anak emas Pak Tjetje?
Jawab : Nggak…saya bukan..tidak sama sekali. Pak Tjetje itu tidak punya emas. Selama saya menari disana tidak ada anak emas. Pak Yuyun, Ibu Ira pun tidak di anak emaskan. Beliau tidak membeda-bedakan murid. Cuma beliau tahu kondisi si penari, makanya ada penari yang menari itu-itu saja, karena beliau mempunyai kepekaan yang lebih terhadap muridnya, contohnya: saya menjadi penari pertama Tari Kandagan, Ibu Emmi identik dengan Tari Dewi Serang, mungkin itu yang dikatakan anak emas. Jadi tidak ada anak emas kalau menurut saya, hanya dalam pengkarakteran tarian saja yang dibedakan.
27. Sampai saat ini, bagaimana Ibu menilai perkembangan tari Sunda?
Jawaban : Perkembangannya sih sejak dengan adanya jaipongan, saya pikir tari Sunda biasa-biasa saja yah, hidup segan mati pun tak mau, kemudian itu apresiasi masyarakat terhadap tari Sunda masih kurang..makanya ketika mereka diam, saya tidak diam. Pikiran saya selalu berputar agar bisa terus menerus mengembangkan tari Sunda.
28. Bagaimana Ibu melihat minat generasi muda dalam mengembangkan dan mempertahankan tari Sunda?
Jawab : Nggak ada, selain di SMKI, UPI, STSI. Orang yang mau menari atau mendalami masih kurang…paling-paling perbedannya kalau harus dihitung itu dari 10 cuma 2 orang.
29. Sudah 50 tahun Ibu menggeluti dunia tari. Selama itu apa yang Ibu dapatkan?
Jawab : Kalau saya lihat itu, yang saya dapatkan adalah bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan kegigihan, pengorbanan dan kerja keras..tanpa itu semua usaha kita tidak akan berhasil…dan jujur, dalam arti kata jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain…Kalau pengalaman sudah jelas. Demikian juga dengan anak-anak didik dan networking. Tapi ada juga nilai tersendiri, bahwa dengan menjadi penari saya merasa kaya. Merasa kaya bukan dalam pengertian materi, tapi suatu jenis kekayaan yang kelak juga harus bisa bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Ketika saya ingin berhenti, itu tidak bisa karena saya ingin menularkan kebahagiaan saya sebagai penari pada para generasi muda. Besok lusa saya misal sudah tidak ada. Kalau saya berhenti dan saya belum memberikan apa yang saya miliki ini pada orang lain, maka semuanya akan terputus. Keindahan itu dari Allah, tapi persoalannya bagaimana kita bisa merawat dan melanjutkan keindahan itu dengan sebaik-baiknya.
30. 40 tahun sudah Studio Tari Indra berdiri, apakah Ibu merasa puas dengan hasil yang telah dicapai oleh STI?
Jawab : Nggak lah...nggak akan puas…Cuma memang yang nggak puas itu self beloging para penari, saya ingin penari yang telah tergabung kedalam STI mempunyai ikatan batin / rasa memiliki kepada STI…merasakan adanya ikatan kekeluargaan yang erat, saya ingin membina penari agar baik akhlak, sikap dan kelakuannya. Selain tetap ingin menjaga perkembangan tari tradisi di Jawa Barat, saya ingin memberi peluang untuk para penari muda berbakat sehingga mereka bisa mengembangkan potensinya.
31. Kalau Ibu dilahirkan kembali dan boleh memilih, Ibu ingin jadi apa sih?
Jawab : Jika saya dilahirkan kembali, saya ingin membahagiakan orang tua dengan menjadi Sarjana...Dosen...Profesor…karena latar belakang orang tua dan keluarga dari kalangan akademisi…bukan jadi penari, ibu saya guru Bahasa Inggris dan Ayah saya dosen di Institut Teknologi Bandung. Jadi dalam darah saya memang mengalir darah pendidik. Tapi orang tua menyadari dan sudah jalannya dari Allah...mensyukuri saja.
32. Sampai kapan Ibu akan terus bergelut dalam dunia tari?
Jawab : Insya Allah selama saya masih mampu.
33. Adakah pesan yang ingin ibu sampaikan untuk para penari generasi sekarang?
Jawab : Yang penting dia peduli kepada kebudayaan, pesan yang disampaikan terutama kepada lingkungan akademik seperti sekolah, guru. Mereka harus mau menjadikan kesenian suatu keharusan untuk dipelajari oleh generasi muda, diarahkan untuk mencintai kesenian dan juga budi pekerti kalau budayanya ingin maju dan berkembang.
---------------------------------------------
Itulah hasil wawancara saya dengan Ibu Indrawati Lukman, di usianya yang semakin senja beliau masih tetap bersemangat dalam menjaga nilai-nilai tradisi Sunda, sisa-sisa kecantikannya yang masih tampak sampai saat ini menyiratkan bahwa perjuangan beliau di dunia kesenian tidaklah padam. Semangat yang patut kita contoh oleh kita generasi muda.
Wallahuallambissawab..
Keep positive thinking, keep pray and keep smile..
Jabat erat dari saya..
Nasionalisme Indonesia
Gatot Subroto, 1 Februari 2011 pukul 06.30 WIB
Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat kaya akan keanekaragaman serta mempunyai keunikan tersendiri yang tidak didapat oleh negara lain. Keanekaragaman kita yang terdiri dari beribu-ribu pulau, beribu-ribu macam kesenian, beratus-ratus adat dan budaya, beratus-ratus suku, berpuluh-puluh kepercayaan serta keindahan alam Indonesia bagaikan puteri cantik nan elok rupawan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang diberikan kepada kita semua dalam kehidupan kita di sebuah keluarga yang bernama Indonesia. Indonesia, sebuah negara yang diciptakan oleh Tuhan tatkala Tuhan sedang tersenyum.
Keanekaragaman yang majemuk itu dapat menjadi satu tentu ada sebabnya, keanekaragaman yang majemuk itu dapat menjadi satu tentu ada satu pengikat. Kita dapat melihat ke beberapa negara diantaranya:
1.Yugoslavia yang terdiri dari beberapa etnis suku bangsa dan multi agama terpecah, porak poranda menjadi puing-puing yang berserakan.
2. Korea Utara dan Korea Selatan yang merupakan satu nenek moyang, satu kebudayaan harus berpisah dan tidak pernah menemukan kebersamaan hanya dikarenakan perbedaan paham politik.
3. Uni Soviet yang menganut paham komunis seketika hancur berkeping-keping hanya karena ide yang bernama glasnot dan perestroika yang dicetuskan oleh Mikhail Gorbachev.
Dari pengalaman beberapa negara diatas, kita dapat mengambil suatu pelajaran yang amat berharga betapa sulitnya mereka untuk mempertahankan suatu persatuan, betapa sulitnya mereka untuk mempertahankan suatu kebersamaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini dikarenakan tidak adanya kesadaran "rasa memiliki" terhadap negaranya sendiri, perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka pecah, perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka hidup masing-masing dan perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka hidup seperti monyet-monyet yang berteriak dalam kurungan sangkarnya. Dengan terpecah mereka seolah-seolah bebas dan hidup merdeka, padahal bisa kita lihat, kedua Korea selalu terjadi konflik di perbatasan, belakangan ini pecahan Yugoslavia terpecah kembali menjadi negara Serbia dan Montenegro setelah terjadi aksi huru-hara, dan pecahan Soviet seperti Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaidjan, Georgia masih harus berjuang antara hidup dan mati untuk keberlangsungan negaranya.
Bagaimana dengan di Indonesia??? salah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara adalah kita masih dapat merasakan nikmatnya dan indahnya rasa persatuan. Di negara yang saya sebut diatas, perbedaan itu membuat mereka berpisah dan terpecah, tetapi ajaibnya negara kita Indonesia yang sangat kita junjung tinggi, perbedaan itu justru menjadi perekat kita dalam persatuan, perbedaan itu menjadi modal kita dalam kebersamaan, perbedaan itu tidak pernah menjadi halangan dalam pergaulan kita sehari-hari. Sangat bodoh dan tololnya apabila kita mencontoh negara-negara seperti Soviet, Yugoslavia dan Korea yang berpisah hanya karena perbedaan. Bangsa-bangsa di dunia ini hanya akan mentertawakan kita apabila Indonesia terpecah..."hei..lihat itu..ada monyet baru yang terbangun dari mimpinya yang panjang"..."hahahah..lihat Indonesia tamatlah sudah riwayatnya"...tentunya kita tidak mau ejekan tersebut menimpa negara kita, sebab hanya manusia yang tidak pernah belajar dan manusia yang tidak menggunakan akal serta pikirannya yang ingin berpisah karena hal sepele yaitu perbedaan.
Perbedaan kita menurut saya direkatkan oleh rasa nasionalisme, nasionalisme kita direkatkan oleh rasa persatuan, rasa persatuan kita direkatkan oleh suatu kesadaran dan suatu kesadaran kita direkatkan oleh rasa cinta. Persatuan kita adalah pengungkapan rasa cinta kita terhadap bangsa ini, nasionalisme kita adalah pengungkapan rasa cinta yang teramat dalam kepada Bapak Angkasa dan Ibu Pertiwi Indonesia. Jadi, jangan dikatakan apabila perbedaan ini merupakan jurang pemisah, justru perbedaan ini merupakan pengungkapan rasa cinta kita baik kepada sesama manusia maupun dalam kehidupan bernegara. Sadarilah oleh kita semua bahwa perbedaan ini mulia tujuannya, menjadikan Indonesia suatu suri tauladan diantara bangsa dalam hal Unity In Diversity.
Nasionalisme, orang-orang intelektual seperti kalangan akademik, mahasiswa, politikus selalu mendengungkan kata-kata ini. Kita mengetahui bahwa nasionalisme berasal dari kata nasio yang artinya bangsa dan isme yang artinya paham. Jadi, nasionalisme itu merupakan paham kebangsaan, paham rasa cinta kepada tanah Ibu Pertiwi. Tapi apa sebenarnya hakikat yang terkandung di dalam arti nasionalisme ini???
Berkaitan dengan nasionalisme, mind set kita selalu mengarah kepada para prajurit TNI, anggota Paskibra, anggota Pramuka. Upacara-upacara bendera yang dilaksanakan dengan dalih meningkatkan rasa nasionalisme. Untuk ukuran zaman sekarang apa hanya cukup dengan itu??? saya rasa tidak, upacara hanya bisa meningkatkan rasa nasionalisme itu beberapa persen saja, loh kenapa??? bisa kita lihat, rangkaian dalam jalannya upacara bisa saudara rasakan, bagaimana jenuh dan lelahnya kita berdiri ditengah panasnya sinar terik matahari, anak-anak zaman sekarang yang telah mengalami tingkat kecerdasan yang tinggi serta pergaulan yang luas mungkin akan berfikir beberapa kali untuk turun ke lapangan. Upacara pada zaman sekarang hanya khusus konsumsi para pejabat, mereka dengan enak dan santainya mengikuti upacara dengan duduk di kursi singgasana, ditutupi tenda yang menyejukkan serta makanan dan minuman yang telah tersedia di depannya, sedangkan rakyat harus berpanas-panas, tegak berdiri sehingga badan bau matahari hanya untuk menghormati bendera kita naik keatas puncak, adilkah??? Kita mengetahui pejabat zaman sekarang yang gemar melakukan korupsi, mengeruk harta rakyat hanya untuk kesenangan pribadi dan keluarganya, apa kita mau melaksanakan upacara bendera berada ditengah-tengah lingkungan yang penuh dengan "tikus-tikus negara"??? Apa kita mau jalannya upacara bendera dengan dipimpin oleh pejabat korup??? alangkah baiknya apabila kita renungkan kembali...
Zaman sekarang, nasionalisme tumbuh bukan karena upacara, nasionalisme tumbuh membahana hanya karena masalah sepele, yaitu sepak bola. Nasionalisme tumbuh menggema hanya karena olahraga, nasionalisme tumbuh setiap para atlit berjuang dan perjuangan itu terbayarkan oleh tangisan setiap menyanyikan Indonesia Raya dan berdiri di podium kemenangan, kita pun seolah-olah larut dalam tangisan sang atlit tersebut.
Nasionalisme bisa muncul oleh karena kesadaran umat beragama dalam mengamalkan ajaran masing-masing agama mereka. Bagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat Islam dengan ucapannya yang sangat menyejukkan hati saya: "Hubbul Wathon Minnal Iman" mencintai negara adalah sebagian dari iman..Subhanallah...
Memahami nasionalisme menurut saya sebenarnya sangatlah mudah, kita tidak perlu bertele-tele mengemukakan teori-teori dari tokoh-tokoh kebangsaan. Pada dasarnya nasionalisme Indonesia ini sangat unik. Seperti telah saya ungkap diatas, bahwasannya nasionalisme kita sekarang mempunyai pondasi yang didasarkan atas rasa cinta, cinta terhadap sesama anak bangsa. Cinta merupakan dasar dari rasa kemanusiaan dan kemanusiaan ini terdapat dalam ajaran falsafah Pancasila, bahkan Gandhi pun merumuskan ajarannya yang bernama Ahimsa yang merupakan pengejawantahan dari rasa kemanusiaan ini. Cinta terhadap sesama manusia, menolong orang yang lemah, memberi sedekah kepada fakir miskin, mencintai anak yatim dan memberikan ilmu kepada sesama, itulah nasionalisme. Dengan tindakan itu secara tidak langsung kita telah mengamalkan dasar-dasar nasionalisme, dengan tindakan itu kita makin memperkokoh pilar nasionalisme kita terhadap Indonesia ini.
Swami Vivekananda berkata: "Tidak ada kedermawanan yang lebih tinggi daripada orang berbuat amal. Manusia yang paling rendah adalah manusia yang tangannya selalu dibuka untuk menerima, dan manusia yang termulia adalah dia yang tangannya selalu dibuka untuk memberi. Tangan-tangan ini dibuat hanya untuk memberi selalu. Seketika itu juga saudara menjadi sempurna". Apa yang diungkapkan Swami Vivekananda ini memuat rasa cinta yang amat luar biasa. Cinta terhadap sesama umat manusia, dan mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan. Alangkah mulianya apabila ucapan Vivekananda ini diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita di Indonesia.
Cinta, kemanusiaan dan kesadaran menurut saya merupakan pondasi utama dari nasionalisme Indonesia sekarang. Jerman Barat dan Jerman Timur bisa bersatu kembali karena rakyatnya mempunyai kesadaran bahwa cinta dan persatuan telah merekatkan mereka sehingga sekarang mereka bangkit dan kuat, begitu pula dengan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bisa bersatu karena mempunyai kesadaran bahwa mereka adalah SATU yang akhirnya menguatkan mereka.
Oleh karena itu berangkat dari cinta, kemanusiaan dan kesadaran, marilah kita berbuat sesuatu untuk bangsa ini, sekecil apapun usaha kita untuk membangkitkan nasionalisme Indonesia maka akan berdampak besar dalam kehidupan bernegara kita. Selalu berfikir positive karena dengan itulah pikiran kita akan terbuka. Nasionalisme Indonesia harus kita mulai dari hal yang terkecil. Dengan mencintai sesama umat manusia, menghormati segala perbedaan, menghargai segala keanekaragaman yang ada di negara kita niscaya Tuhan Yang Maha Agung akan selalu meridhai kehidupan berbangsa dan bernegara keluarga Republik Indonesia. Mengutip ucapan Swami Vivekananda:
"Cinta selalu menempatkan kita sebagai si-pemberi dan bukan sebagai si-penerima".
Amiiin...
Wallahuallambissawab...
Keep positive thinking, keep pray and keep smile..
Jabat erat dari saya...
Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat kaya akan keanekaragaman serta mempunyai keunikan tersendiri yang tidak didapat oleh negara lain. Keanekaragaman kita yang terdiri dari beribu-ribu pulau, beribu-ribu macam kesenian, beratus-ratus adat dan budaya, beratus-ratus suku, berpuluh-puluh kepercayaan serta keindahan alam Indonesia bagaikan puteri cantik nan elok rupawan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang diberikan kepada kita semua dalam kehidupan kita di sebuah keluarga yang bernama Indonesia. Indonesia, sebuah negara yang diciptakan oleh Tuhan tatkala Tuhan sedang tersenyum.
Keanekaragaman yang majemuk itu dapat menjadi satu tentu ada sebabnya, keanekaragaman yang majemuk itu dapat menjadi satu tentu ada satu pengikat. Kita dapat melihat ke beberapa negara diantaranya:
1.Yugoslavia yang terdiri dari beberapa etnis suku bangsa dan multi agama terpecah, porak poranda menjadi puing-puing yang berserakan.
2. Korea Utara dan Korea Selatan yang merupakan satu nenek moyang, satu kebudayaan harus berpisah dan tidak pernah menemukan kebersamaan hanya dikarenakan perbedaan paham politik.
3. Uni Soviet yang menganut paham komunis seketika hancur berkeping-keping hanya karena ide yang bernama glasnot dan perestroika yang dicetuskan oleh Mikhail Gorbachev.
Dari pengalaman beberapa negara diatas, kita dapat mengambil suatu pelajaran yang amat berharga betapa sulitnya mereka untuk mempertahankan suatu persatuan, betapa sulitnya mereka untuk mempertahankan suatu kebersamaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini dikarenakan tidak adanya kesadaran "rasa memiliki" terhadap negaranya sendiri, perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka pecah, perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka hidup masing-masing dan perbedaan menjadi alasan untuk menjadikan mereka hidup seperti monyet-monyet yang berteriak dalam kurungan sangkarnya. Dengan terpecah mereka seolah-seolah bebas dan hidup merdeka, padahal bisa kita lihat, kedua Korea selalu terjadi konflik di perbatasan, belakangan ini pecahan Yugoslavia terpecah kembali menjadi negara Serbia dan Montenegro setelah terjadi aksi huru-hara, dan pecahan Soviet seperti Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaidjan, Georgia masih harus berjuang antara hidup dan mati untuk keberlangsungan negaranya.
Bagaimana dengan di Indonesia??? salah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara adalah kita masih dapat merasakan nikmatnya dan indahnya rasa persatuan. Di negara yang saya sebut diatas, perbedaan itu membuat mereka berpisah dan terpecah, tetapi ajaibnya negara kita Indonesia yang sangat kita junjung tinggi, perbedaan itu justru menjadi perekat kita dalam persatuan, perbedaan itu menjadi modal kita dalam kebersamaan, perbedaan itu tidak pernah menjadi halangan dalam pergaulan kita sehari-hari. Sangat bodoh dan tololnya apabila kita mencontoh negara-negara seperti Soviet, Yugoslavia dan Korea yang berpisah hanya karena perbedaan. Bangsa-bangsa di dunia ini hanya akan mentertawakan kita apabila Indonesia terpecah..."hei..lihat itu..ada monyet baru yang terbangun dari mimpinya yang panjang"..."hahahah..lihat Indonesia tamatlah sudah riwayatnya"...tentunya kita tidak mau ejekan tersebut menimpa negara kita, sebab hanya manusia yang tidak pernah belajar dan manusia yang tidak menggunakan akal serta pikirannya yang ingin berpisah karena hal sepele yaitu perbedaan.
Perbedaan kita menurut saya direkatkan oleh rasa nasionalisme, nasionalisme kita direkatkan oleh rasa persatuan, rasa persatuan kita direkatkan oleh suatu kesadaran dan suatu kesadaran kita direkatkan oleh rasa cinta. Persatuan kita adalah pengungkapan rasa cinta kita terhadap bangsa ini, nasionalisme kita adalah pengungkapan rasa cinta yang teramat dalam kepada Bapak Angkasa dan Ibu Pertiwi Indonesia. Jadi, jangan dikatakan apabila perbedaan ini merupakan jurang pemisah, justru perbedaan ini merupakan pengungkapan rasa cinta kita baik kepada sesama manusia maupun dalam kehidupan bernegara. Sadarilah oleh kita semua bahwa perbedaan ini mulia tujuannya, menjadikan Indonesia suatu suri tauladan diantara bangsa dalam hal Unity In Diversity.
Nasionalisme, orang-orang intelektual seperti kalangan akademik, mahasiswa, politikus selalu mendengungkan kata-kata ini. Kita mengetahui bahwa nasionalisme berasal dari kata nasio yang artinya bangsa dan isme yang artinya paham. Jadi, nasionalisme itu merupakan paham kebangsaan, paham rasa cinta kepada tanah Ibu Pertiwi. Tapi apa sebenarnya hakikat yang terkandung di dalam arti nasionalisme ini???
Berkaitan dengan nasionalisme, mind set kita selalu mengarah kepada para prajurit TNI, anggota Paskibra, anggota Pramuka. Upacara-upacara bendera yang dilaksanakan dengan dalih meningkatkan rasa nasionalisme. Untuk ukuran zaman sekarang apa hanya cukup dengan itu??? saya rasa tidak, upacara hanya bisa meningkatkan rasa nasionalisme itu beberapa persen saja, loh kenapa??? bisa kita lihat, rangkaian dalam jalannya upacara bisa saudara rasakan, bagaimana jenuh dan lelahnya kita berdiri ditengah panasnya sinar terik matahari, anak-anak zaman sekarang yang telah mengalami tingkat kecerdasan yang tinggi serta pergaulan yang luas mungkin akan berfikir beberapa kali untuk turun ke lapangan. Upacara pada zaman sekarang hanya khusus konsumsi para pejabat, mereka dengan enak dan santainya mengikuti upacara dengan duduk di kursi singgasana, ditutupi tenda yang menyejukkan serta makanan dan minuman yang telah tersedia di depannya, sedangkan rakyat harus berpanas-panas, tegak berdiri sehingga badan bau matahari hanya untuk menghormati bendera kita naik keatas puncak, adilkah??? Kita mengetahui pejabat zaman sekarang yang gemar melakukan korupsi, mengeruk harta rakyat hanya untuk kesenangan pribadi dan keluarganya, apa kita mau melaksanakan upacara bendera berada ditengah-tengah lingkungan yang penuh dengan "tikus-tikus negara"??? Apa kita mau jalannya upacara bendera dengan dipimpin oleh pejabat korup??? alangkah baiknya apabila kita renungkan kembali...
Zaman sekarang, nasionalisme tumbuh bukan karena upacara, nasionalisme tumbuh membahana hanya karena masalah sepele, yaitu sepak bola. Nasionalisme tumbuh menggema hanya karena olahraga, nasionalisme tumbuh setiap para atlit berjuang dan perjuangan itu terbayarkan oleh tangisan setiap menyanyikan Indonesia Raya dan berdiri di podium kemenangan, kita pun seolah-olah larut dalam tangisan sang atlit tersebut.
Nasionalisme bisa muncul oleh karena kesadaran umat beragama dalam mengamalkan ajaran masing-masing agama mereka. Bagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat Islam dengan ucapannya yang sangat menyejukkan hati saya: "Hubbul Wathon Minnal Iman" mencintai negara adalah sebagian dari iman..Subhanallah...
Memahami nasionalisme menurut saya sebenarnya sangatlah mudah, kita tidak perlu bertele-tele mengemukakan teori-teori dari tokoh-tokoh kebangsaan. Pada dasarnya nasionalisme Indonesia ini sangat unik. Seperti telah saya ungkap diatas, bahwasannya nasionalisme kita sekarang mempunyai pondasi yang didasarkan atas rasa cinta, cinta terhadap sesama anak bangsa. Cinta merupakan dasar dari rasa kemanusiaan dan kemanusiaan ini terdapat dalam ajaran falsafah Pancasila, bahkan Gandhi pun merumuskan ajarannya yang bernama Ahimsa yang merupakan pengejawantahan dari rasa kemanusiaan ini. Cinta terhadap sesama manusia, menolong orang yang lemah, memberi sedekah kepada fakir miskin, mencintai anak yatim dan memberikan ilmu kepada sesama, itulah nasionalisme. Dengan tindakan itu secara tidak langsung kita telah mengamalkan dasar-dasar nasionalisme, dengan tindakan itu kita makin memperkokoh pilar nasionalisme kita terhadap Indonesia ini.
Swami Vivekananda berkata: "Tidak ada kedermawanan yang lebih tinggi daripada orang berbuat amal. Manusia yang paling rendah adalah manusia yang tangannya selalu dibuka untuk menerima, dan manusia yang termulia adalah dia yang tangannya selalu dibuka untuk memberi. Tangan-tangan ini dibuat hanya untuk memberi selalu. Seketika itu juga saudara menjadi sempurna". Apa yang diungkapkan Swami Vivekananda ini memuat rasa cinta yang amat luar biasa. Cinta terhadap sesama umat manusia, dan mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan. Alangkah mulianya apabila ucapan Vivekananda ini diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita di Indonesia.
Cinta, kemanusiaan dan kesadaran menurut saya merupakan pondasi utama dari nasionalisme Indonesia sekarang. Jerman Barat dan Jerman Timur bisa bersatu kembali karena rakyatnya mempunyai kesadaran bahwa cinta dan persatuan telah merekatkan mereka sehingga sekarang mereka bangkit dan kuat, begitu pula dengan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bisa bersatu karena mempunyai kesadaran bahwa mereka adalah SATU yang akhirnya menguatkan mereka.
Oleh karena itu berangkat dari cinta, kemanusiaan dan kesadaran, marilah kita berbuat sesuatu untuk bangsa ini, sekecil apapun usaha kita untuk membangkitkan nasionalisme Indonesia maka akan berdampak besar dalam kehidupan bernegara kita. Selalu berfikir positive karena dengan itulah pikiran kita akan terbuka. Nasionalisme Indonesia harus kita mulai dari hal yang terkecil. Dengan mencintai sesama umat manusia, menghormati segala perbedaan, menghargai segala keanekaragaman yang ada di negara kita niscaya Tuhan Yang Maha Agung akan selalu meridhai kehidupan berbangsa dan bernegara keluarga Republik Indonesia. Mengutip ucapan Swami Vivekananda:
"Cinta selalu menempatkan kita sebagai si-pemberi dan bukan sebagai si-penerima".
Amiiin...
Wallahuallambissawab...
Keep positive thinking, keep pray and keep smile..
Jabat erat dari saya...
Malam ini
Ketika menjelang pergantian bulan dari Januari ke Februari, malam ini seperti biasa lampu kamar gw matikan, lagu pengantar tidur seperti Boys II Men, Mariah Carey gw putar dari laptop untuk menemani gw menulis, semua seisi rumah telah lelap dalam tidurnya..disaat inilah gw merasakan kesendirian yang teramat sangat..rumah sangat-sangat senyap, tidak ada kegaduhan, benar-benar sunyi, lagi-lagi blog ini jadi curahan gw, lagi-lagi blog ini tempat mengeluarkan segala keluh kesah gw. hmmmm..sendiri..terus mengeluh dengan suasana gw yang sendiri ini tidaklah masuk akal, gw harus bisa menerima suratan takdir dari Yang Maha Kuasa untuk menjadi manusia tanpa seorang kawan dirumah, bukan berarti di luar sana gw pun harus selfish dan individualistis, alhamdulillah di luar sana gw masih banyak teman n sahabat. Namun kesenangan gw ketika menghirup udara kebebasan di luar rumah tidak diimbangi dengan suasana di dalam rumah. Enggak ada tempat becanda, enggak ada tempat buat bertukar pikiran, gw ga mungkin selalu curhat ma kedua orang tua, gw ga mau cerita gw jadi beban kedua orang tua, cukup gw yang merasakan apa yang sebenarnya melanda batin gw ini.
Malam yang hening selalu menjadi teman gw, terkadang air mata keluar tiba-tiba, biarpun gw laki-laki, gw hanyalah manusia biasa yang bisa menangis, bisa marah, bisa merasa iba, dan bisa merasakan kasih sayang. Terserah orang menilai gw apa, yang jelas laki-laki pun mempunyai sensitifitasnya masing-masing. Terkadang gw merasa tegar dihadapan kumpulan orang-orang walaupun dalam hati gw sebenarnya merasa sepi.
hmmmm...doa gw ma Allah semoga gw bisa selalu tegar dalam menghadapi segala cobaan..malam hanyalah sementara karena akan berganti pagi yang cerah, sudah selayaknya gw menyambut hari esok dan tidak larut akan sepinya malam.
Malam yang hening selalu menjadi teman gw, terkadang air mata keluar tiba-tiba, biarpun gw laki-laki, gw hanyalah manusia biasa yang bisa menangis, bisa marah, bisa merasa iba, dan bisa merasakan kasih sayang. Terserah orang menilai gw apa, yang jelas laki-laki pun mempunyai sensitifitasnya masing-masing. Terkadang gw merasa tegar dihadapan kumpulan orang-orang walaupun dalam hati gw sebenarnya merasa sepi.
hmmmm...doa gw ma Allah semoga gw bisa selalu tegar dalam menghadapi segala cobaan..malam hanyalah sementara karena akan berganti pagi yang cerah, sudah selayaknya gw menyambut hari esok dan tidak larut akan sepinya malam.
Langganan:
Postingan (Atom)